Jumat, 19 Oktober 2012

9. MAFAHIM

Kehambaan adalah sifat beliau yang paling mulia. Karena itu beliau membanggakannya
dan berkata : “Saya hanyalah seorang hamba”. Allah menyifati beliau dengan
kehambaan dalam kedudukan tertinggi : “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S.Al-
Israa : 1). Kemudian firman Allah yang lain : "Dan bahwasanya tatkala hamba Allah
(Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu
desak mendesak mengerumuninya." (Q.S. Al.-Jinn : 19)

Kemanusiaan adalah letak sesungguhnya kemu’jizatan Rasulullah. Beliau adalah manusia
dari jenis manusia namun berbeda dengan manusia biasa. Beliau memiliki perbedaan
yang tidak mungkin dikejar atau disamakan dengan manusia biasa. Sebagaimana
penilaian beliau tentang dirinya :

“Saya tidak sama dengan kalian. Sesungguhnya saya bermalam di sisi Allah diberi
kekuatan sebagaimana orang yang makan dan minum”.

Berdasarkan paparan di atas maka jelaslah bahwa status kemanusian beliau wajib disertai
dengan sifat-sifat yang membedakannya dengan manusia umumnya yaitu menyebut
keistimewaan-keistimewaan beliau yang eksklusif dan sifat-sifat beliau yang terpuji.
Perlakuan ini bukan hanya diberikan khusus untuk Nabi Muhammad SAW namun juga
berlaku untuk rasul-rasul yang lain agar penilaian  kita kepada mereka proporsional.
Karena penilaian kepada para rasul semata-mata dipandang dari sisi kemanusiaan saja
tanpa penilaian lain adalah pandangan jahiliyah yang musyrik. Dalam Al-Qur’an terdapat
banyak dalil mengenai masalah ini. Diantaranya adalah : 

-  Ucapan kaum Nuh terhadap Nabi Nuh dalam kisah yang  diceritakan Allah tentang
mereka, yang Artinya :  “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari
kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa)
seperti Kami, dan Kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan
orang-orang yang hina dina di antara Kami yang lekas percaya saja, dan Kami tidak
melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas Kami, bahkan Kami yakin
bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".( Q.S. Hud : 27).

-  Ucapan kaum Nabi Musa dan Nabi Harun terhadap mereka berdua dalam kisah yang
diceritakan Allah tentang mereka, yang artinya : “Dan mereka berkata: Apakah
(patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum
mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"
(Q.S. Al-Mu’minuun : 47 )

-  Ucapan kaum Tsamud kepada Nabi mereka Shalih dalam peristiwa yang diceritakan
Allah tentang mereka yang artinya, : “Kamu tidak lain melainkan seorang manusia
seperti kami; Maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang Termasuk
orang-orang yang benar". (Q.S. Asy-Syu’araa’ : 154).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar