Jumat, 19 Oktober 2012

8. MAFAHIM

Memuliakan Nabi SAW tidak dengan sifat-sifat ketuhanan sama sekali bukan
dikategorikan kufur atau kemusyrikan. Malah diklasifikasikan sebagai salah satu ketaatan
dan ibadah yang besar. Demikian pula setiap orang yang dimuliakan Allah seperti para
Nabi, rasul, malaikat, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Allah berfirman yang
Artinya : “Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”(Q.S. Al-Hajj : 32). Kemudian
firman Allah : “Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan apa-apa
yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.”
(Q.S. Al-Hajj : 30)
  
Diantara obyek yang wajib dimuliakan adalah Ka’bah,  Hajar Aswad dan  Maqam
Ibrahim. Ketiga benda ini adalah batu namun Allah memerintahkan kita untuk
memuliakannya dengan thawaf pada Ka’bah, mengusap Rukun Yamani, mencium Hajar
Aswad, sholat di belakang Maqam Ibrahim, dan wukuf untuk berdoa di dekat Mustajar,
pintu Ka’bah dan Multazam. Tindakan kita terhadap benda-benda yang disebutkan tadi
bukan berarti beribadah kepada selain Allah dan meyakini pengaruh, manfaat, dan
bahaya berasal dari selain-Nya. Semua hal ini tidak akan terjadi dari siapapun kecuali
Allah SWT.

STATUS MAKHLUQ

Kami meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah manusia yang bisa mengalami apa yang
dialami manusia umumnya seperti sifat-sifat yang temporal dan penyakit-penyakit yang
tidak mengurangi kedudukan beliau dan tidak membuat beliau dijauhi. Sebagaimana
dikatakan oleh penyusun ‘Aqidatul ‘Awam :
 
Para rasul boleh mengalami sifat-sifat yang temporer 
Yang tidak mengurangi kedudukan mereka seperti sakit ringan. 

Rasulullah juga adalah seorang hamba yang tidak memiliki kemampuan memberi
manfaat, bahaya, mati, hidup membangkitkan kepada dirinya sendiri kecuali apa yang
telah dikehendaki Allah. Firman Allah yang Artinya  : Katakanlah: "Aku tidak berkuasa
menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman".(Q.S. Al-A`raaf :188)

Beliau juga telah mengemban risalah, menyampaikan amanah, menyadarkan ummat,
membuang kesedihan dan berjihad  fii sabilillah sampai ajal menjemputnya. Beliau
berpulang ke sisi Allah dalam kondisi ridho dan mendapat keridhoan, seperti
digambarkan dalam firman Allah yang Artinya : “Sesungguhnya kamu akan mati dan
Sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Q.S. Az-Zumar : 30). Dalam ayat lain :  “Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad);
maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (Q.S. Al-Anbiyaa` : 34)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar