“Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami
belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu.” (Q.S.
`Abasa : 25-27) "Lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di
hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna." (Q.S. Maryam : 17) "Lalu Kami
tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan Dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam." (Q.S. Al-Anbiyaa` : 91). Nafkh
(tiupan) disandarkan kepada Allah padahal yang meniup sesungguhnya adalah Jibril AS.
Allah berfirman yang Artinya : "Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu." (Q.S. Al-Qiyaamah : 18 ) padahal pembaca Al-Qur’an yang
didengar bacaannya oleh Nabi Muhammad SAW adalah Jibril.
Allah berfirman yang Artinya : "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar
ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar." (Q.S. Al-Anfaal : 17) Allah
meniadakan tindakan pembunuhan dari mereka dan menetapkan tindakan itu kepada diri-
Nya dan menafikan tindakan pelemparan darinya lalu menyandarkannya kepada diri-Nya.
Maksud dari ayat bukan berarti menafikan fakta kasat mata tindakan mereka membunuh
orang-orang kafir dan menafikan tindakan Nabi melempari mereka dengan kerikil.
Namun maksudnya adalah bahwa mereka tidak membunuh dan melempar dalam
pengertian sebagaimana Allah membunuh dan melempar yaitu penciptaan dan kepastian.
Sebab kedua pengertian ini adalah dua makna yang memiliki arti berbeda.
Kadangkala Allah menisbatkan tindakan kepada diri-Nya dan Nabi Muhammad secara
bersamaan sebagaimana firman Allah yang Artinya : "Jikalau mereka sungguh-sungguh
ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata:
"Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan
demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)."
(Q.S. At-Taubah : 59).
‘Aisyah RA meriwayatkan bahwa Allah SWT jika berkehendak menciptakan janin maka
Allah mengutus malaikat. Lalu malaikat memasuki rahim dan memungut sperma dengan
tangannya kemudian membentuknya sebagai jasad. Malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku,
laki-laki atau perempuan jenis kelamin janin ini dan apakah ia normal atau cacat ?”. Lalu
Allah menetapkan janin sesuai dengan kehendak-Nya dan malaikat pun membentuknya.
Dalam versi lain : malaikat membentuk janin dan meniupkan nyawa padanya sebagai
janin yang mendapat bahagia atau celaka. Jika Anda memahami keterangan di atas maka
jelaslah bagi Anda bahwa tindakan digunakan dalam arti beragam dan tidak kontradiktif.
Karena itu tindakan adakalanya disandarkan kepada benda mati seperti dalam firman
Allah yang Artinya : "Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin
Tuhannya." (Q.S. Ibrahim : 25). Pohon tidak bisa memberikan buah dengan sendirinya.
Sebagaimana halnya sabda Nabi kepada orang yang memberikan beliau sebuah kurma :
belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu.” (Q.S.
`Abasa : 25-27) "Lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di
hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna." (Q.S. Maryam : 17) "Lalu Kami
tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan Dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam." (Q.S. Al-Anbiyaa` : 91). Nafkh
(tiupan) disandarkan kepada Allah padahal yang meniup sesungguhnya adalah Jibril AS.
Allah berfirman yang Artinya : "Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu." (Q.S. Al-Qiyaamah : 18 ) padahal pembaca Al-Qur’an yang
didengar bacaannya oleh Nabi Muhammad SAW adalah Jibril.
Allah berfirman yang Artinya : "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar
ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar." (Q.S. Al-Anfaal : 17) Allah
meniadakan tindakan pembunuhan dari mereka dan menetapkan tindakan itu kepada diri-
Nya dan menafikan tindakan pelemparan darinya lalu menyandarkannya kepada diri-Nya.
Maksud dari ayat bukan berarti menafikan fakta kasat mata tindakan mereka membunuh
orang-orang kafir dan menafikan tindakan Nabi melempari mereka dengan kerikil.
Namun maksudnya adalah bahwa mereka tidak membunuh dan melempar dalam
pengertian sebagaimana Allah membunuh dan melempar yaitu penciptaan dan kepastian.
Sebab kedua pengertian ini adalah dua makna yang memiliki arti berbeda.
Kadangkala Allah menisbatkan tindakan kepada diri-Nya dan Nabi Muhammad secara
bersamaan sebagaimana firman Allah yang Artinya : "Jikalau mereka sungguh-sungguh
ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata:
"Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan
demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berharap
kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)."
(Q.S. At-Taubah : 59).
‘Aisyah RA meriwayatkan bahwa Allah SWT jika berkehendak menciptakan janin maka
Allah mengutus malaikat. Lalu malaikat memasuki rahim dan memungut sperma dengan
tangannya kemudian membentuknya sebagai jasad. Malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku,
laki-laki atau perempuan jenis kelamin janin ini dan apakah ia normal atau cacat ?”. Lalu
Allah menetapkan janin sesuai dengan kehendak-Nya dan malaikat pun membentuknya.
Dalam versi lain : malaikat membentuk janin dan meniupkan nyawa padanya sebagai
janin yang mendapat bahagia atau celaka. Jika Anda memahami keterangan di atas maka
jelaslah bagi Anda bahwa tindakan digunakan dalam arti beragam dan tidak kontradiktif.
Karena itu tindakan adakalanya disandarkan kepada benda mati seperti dalam firman
Allah yang Artinya : "Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin
Tuhannya." (Q.S. Ibrahim : 25). Pohon tidak bisa memberikan buah dengan sendirinya.
Sebagaimana halnya sabda Nabi kepada orang yang memberikan beliau sebuah kurma :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar