Seandainya tidak demikian, Allah perlu mengatakan Ra’uuf dengan ra’fah yang berbeda
dengan ra’fah-Ku, dan rahiim dengan rahmat yang berbeda dengan rahmat-Ku, atau
mengatakan Ra’uuf dengan rahmat tertentu dan Rahiim dengan rahmat tertentu, atau bisa
juga mengatakan Ra’uuf dengan ra’fah kemanusiaan dan rahiim dengan rahmat
kemanusiaan. Namun semua ini ternyata tidak ada. Malah Allah memberi Nabi sifat
ra’fah dan rahmat tanpa menambahkan penjelasan apapun.
MAJAZ ‘AQLI DAN PENGGUNAANNYA
Tidak disangsikan lagi bahwa majaz ‘aqli digunakan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Diantaranya yang Artinya : “Dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya)” (Q.S. Al-Anfaal : 2). Penyandaran kalimat ziyadah ke kalimat
aayaat adalah majaz ‘aqli. Karena ayat adalah penyebab bertambah sedang yang
menambah sesungguhnya adalah Allah SWT. "hari yang menjadikan anak-anak
beruban." (Q.S. Al-Muzzammil :17)
Penyandaran kata Ja’ala pada pada al-Yaum adalah majaz ‘aqli. Karena Al-Yaum adalah
tempat mereka menjadi beruban. Kejadian tersebut tercipta pada Al-Yaum sedang yang
menjadikan sesungguhnya adalah Allah SWT. "Dan jangan pula Suwwa`, Yaghuts,
Ya`uq dan Nasr, dan sungguh mereka menyesatkan kebanyakan (manusia)." (Q.S. Nuh :
23-24) Penyandaran Idlal pada ashnam adalah majaz ‘aqli karena ashnam adalah
penyebab terjadinya idlal sedang yang memberi petunjuk dan yang menyesatkan
hakikatnya Allah SWT semata.
Firman Allah mengisahkan Fir’aun yang Artinya : "Hai Haman, buatkanlah bagiku
sebuah bangunan yang Tinggi." (Q.S.Al-Mu\`min : 36). Penyandaran Al-Binaa
(membangun) kepada Haman adalah majaz ‘aqli karena Haman cuma penyebab. Ia hanya
pemberi perintah dan tidak membangun sendiri. Yang membangun adalah para
pekerja. Adapun keberadaaan majaz ‘aqli dalam hadits maka di dalamnya terdapat jumlah
yang banyak yang diketahui oleh orang yang mau mengkajinya.
Para ulama berkata : “Terlontarnya penyandaran di atas dari orang yang mengesakan
Allah cukup menjadikannya dikategorikan sebagai penyandaran majazi karena keyakinan
yang benar adalah bahwa pencipta para hamba dan tindakan-tindakan mereka adalah
Allah semata. Allah adalah pencipta para hamba dan tindakan-tindakan mereka. Tidak
ada yang bisa memberikan pengaruh kecuali Allah. Orang hidup atau orang mati tidak
bisa memberi pengaruh apapun. Keyakinan semacam ini adalah tauhid yang murni.
Berbeda kalau memiliki keyakinan yang berlawanan. Maka ia bisa jatuh dalam
kemusyrikan.
URGENSI MENETAPKAN KAITAN (NISBAT) DALAM MENETAPKAN
BATASAN KUFUR DAN IMAN
Beberapa kelompok sesat hanya menggunakan pendekatan tekstual tanpa melibatkan
indikasi-indikasi dan tujuan-tujuan, serta tidak menggunakan titik temu yang bisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar