Jumat, 19 Oktober 2012

6. MAFAHIM

Shoba’naa. “ Buat apa senjata yang kalian bawa?, tanya Khalid. “Ada permusuhan antara
kami dan sebuah kaum Arab. Oleh karena itu kami khawatir kalian adalah mereka hingga
kami pun membawa senjata.” Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian!” Perintah Khalid.
Mereka pun mengikuti perintah Khalid untuk meletakkan senjata. “Menyerahlah kalian
semua sebagai tawanan!” Lanjut Khalid. Kemudian Khalid menyuruh sebagian dari kaum
untuk mengikat sebagian yang lain dan membagikan mereka kepada pasukannya.

Ketika tiba waktu pagi, juru bicara Khalid berteriak : “Siapapun yang memiliki tawanan
bunuhlah ia!”. Maka Banu Sulaim membunuh tawanan mereka. Namun kaum Muhajirin
dan Anshor menolak perintah ini. Mereka malah melepaskan para tawanan. Ketika
tindakan Khalid ini sampai kepada Nabi SAW, beliau  berkata, “ Ya Allah, saya tidak
bertanggung jawab atas tindakan Khalid.” Beliau mengulang ucapan ini dua kali.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa Khalid mengira mereka mengatakan Shoba’naa
Shoba’naa dengan angkuh dan menolak tunduk kepada Islam. Hanya saja yang
disesalkan Rasulullah adalah ketergesa-gesaan dan ketidak hati-hatiannya dalam
menangani kasus ini sebelum mengetahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan
Shoba’naa Shoba’naa. Nabi SAW sendiri pernah mengatakan :

“Sebaik-baik hamba Allah adalah saudara kabilah Quraisy ; Khalid ibn Walid, salah
satu pedang Allah yang terhunus untuk menghancurkan orang-orang kafir dan munafik”.

Persis seperti apa yang dialami Khalid adalah peristiwa yang menimpa Usamah ibn Zaid
kekasih dan putra kekasih Rasulullah SAW berdasarkan hadits yang diriwayatkan Al-
Bukhari dari Abi Dzibyan. Abi Dzibyan berkata, “Saya mendengar Usamah ibn Zaid
berkata, “Rasulullah SAW mengirim kami ke desa Al-Huraqah. Kemudian kami
menyerang mereka di waktu pagi dan berhasil mengalahkan mereka. Saya dan seorang
laki-laki Anshar mengejar seorang laki-laki Bani Dzibyan.

Ketika kami berdua telah mengepungnya tiba-tiba ia  berkata, “La Ilaaha illallah”.
Ucapan laki-laki ini membuat temanku orang Anshor mengurungkan niat untuk
membunuhnya namun saya menikamnya dan diapun mati. Ketika kami tiba kembali di
Madinah, Nabi SAW telah mendengar informasi tentang tindakan pembunuhan yang saya
lakukan. Beliau pun berkata, “ Wahai Usamah! Mengapa engkau membunuhnya setelah
dia mengatakan Laa Ilaaha illallah?!” “Dia hanya berpura-pura,” Jawabku. Nabi
mengucapkan pertanyaannya berulang-ulang sampai-sampai saya berharap baru masuk
Islam pada hari tersebut. 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW  berkata kepada Usamah,
“Mengapa tidak engkau robek saja hatinya agar kamu  tahu apakah dia sungguh-
sungguh atau berpura-pura?”. “Saya tidak akan pernah lagi membunuh siapapun yang
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”. Kata Usamah.

Sayyidina Ali RA pernah ditanya mengenai kelompok-kelompok yang menentangnya,
“Apakah mereka kafir ?”, “Tidak,” jawab Ali, “Mereka adalah orang-orang yang
menjauhi kekufuran”. “Apakah mereka kaum munafik?”. “Bukan, orang-orang munafik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar