Sabtu, 20 Oktober 2012

31.MAFAHIM

tidak akan berdiri kecuali di atas etika-etika luhur yang kokoh yang model-modelnya
digali dari akidah-akidah suci.

Sesungguhnya sifat-sifat etik, psikologis dan spiritual adalah modal dasar bangsa. Ketiga
faktor ini adalah asset besar yang membentuk ummat dan mengantarkan umat manusia
menuju cita-cita luhur. Orang yang mengkaji sejarah hidup generasi salaf shalih dan
tokoh-tokoh sufi di tengah masyarakat, akan melihat bagaimana contoh-contoh ideal dan
prinsip-prinsip ini bisa menjadi faktor langsung terjadinya rejilidusi-rejilidusi yang nyata,
tercatat dan populer dalam sejarah Islam.

Mereka tidak memiliki pengaruh dan kekuatan kecuali iman dalam tatarannya yang
paling tinggi. Iman yang panas, berkobar-kobar, dan hidup yang berlandaskan kerinduan
dan kecintaan kepada Allah. Sebuah keimanan yang mampu menyalakan api yang
menyala-nyala dan menatap selamanya kepada Allah dalam hati para pengikutnya.

Orang yang mengkaji juga akan melihat bagaimana di  tengah mereka seorang laki-laki
bisa hidup dalam  maqam al-ihsan (kondisi dimana seseorang merasakan kehadiran
Allah), ia melihat Allah dalam segala sesuatu, dan merasa takut kepada-Nya dalam segala
aktivitasnya. Ia senantiasa merasa takut kepada Allah dalam setiap tarikan nafasnya tanpa
meyakini adanya penitisan, bersatunya Tuhan dengannya, dan peniadaan eksistensi
Tuhan. Iman ini adalah iman yang membangunkan kesadaran holistik dalam kehidupan,
menyentak rasa yang dalam akan ketuhanan yang berjalan dalam alam semesta, dan yang
hidup dalam sudut-sudut paling dasar dari alam semesta, yang mengetahui apa-apa yang
terlintas di hati, bisikan-bisikan rahasia, mata yang mencuri pandang dan apa yang
disembunyikan dalam hati.

ANTARA SEBAIK-BAIK BID’AH DAN SEBURUK-BURUKNYA

Di antara mereka yang mengklaim memahami substansi  permasalahan adalah orang-
orang yang menilai diri mereka sebagai penganut manhaj salaf shalih. Mereka bangkit
mendakwahkan gerakan  salafiyah dengan cara tak beradab dan keterlaluan,
fanatisme buta, akal yang kosong, pemahaman-pemahaman yang dangkal dan tidak
toleran dengan memerangi segala hal yang baru dan menolak setiap kreat4itas yang
berguna dengan anggapan bahwasemua hal itu adalah bid’ah dan semua bid’ah
adalah sesat tanpa memilah klasifikasinya. Padahal spirit syari’ah Islam mengharuskan
kita membedakan bermacam-macam bid’ah dan mengatakan bahwa : sebagian bid’ah ada
yang baik dan sebagian ada yang buruk.

Klasifikasi ini adalah tuntutan akal yang cemerlang dan pandangan yang
dalam. Klasifikasi bid’ah ini adalah hasil kajian mendalam para sarjana ushul fiqh dari
generasi klasik kaum muslimin seperti Al-Imam Al-‘Izz ibn ‘Abdissalaam, Al-Nawaawi,
Al-Suyuuthi, Al-Mahalli dan Ibnu Hajar. Hadits-hadits Nabi itu saling menafsirkan dan
saling melengkapi. Maka diharuskan menilainya dengan penilaian yang utuh dan
komprehensif serta harus menafsirkannya dengan menggunakan spirit dan persepsi
syariah dan yang telah mendapat legitimasi dari para pakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar