Minggu, 17 April 2011

Tidak berbangga diri

Saya berpesan hendaknya kamu tidak merasa diri lebih baik dari orang lain. Apabila perasaan seperti itu terlintas dalam hatimu, sadarilah segera betapa kamu sudah seringkali melakukan kesalahan-kesalahan di masa lalu. Bagaimanapun juga seorang yang berakal sehat pasti mengetahui bahwa dirinya sendiri penuh dengan berbagai aib dan kesalahan. Maka hendaknya ia menyakini hal itu dan tidak meragukannya sedikitpun.
Tidak sepatutnya ia menuduh siapa pun dengan keburukan yang belum tentu ada padanya. Sebab dari apa yang kamu ketahui dari saudara-saudaramu adalah berdasarkan prasangka dan dugaan semata-mata. Sedangkan prasangka adalah ucapan-ucapan yang paling banyak mengandung kebohongan. Disamping itu mungkin saja terdapat alasan-alasan pemaafan berkaitan dengan sebagian keburukan yang diperkirakan seperti itu. Walaupun demikian tidak sepatutnya seseorang membuka pintu pemaafan bagi dirinya sendiri, mengingat hal itu akan membuat hati lebih cenderung kepada penyia-nyiaan waktu dan terjerumus lebih dalam lagi dalam lembah-lembah syahwat hawa nafsu.
Sungguh betapa perlunya bagi setiap individu pada jaman ini untuk memberikan dalih-dalih pemaafan serta alasan-alasan pembenaran bagi orang lain, mengingat langkanya orang-orang yang benar-benar jujur dan istiqomah, disamping banyaknya berita-berita bohong yang disebarluaskan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.
Saya juga berpesan agar kamu selalu bersikap tawadhu’ (rendah diri). Sikap tawadhu adalah sikap yang terpuji pada segala kondisi, kecuali dalam satu hal saja, yaitu ber-tawadhu di hadapan para ahli dunia (penghamba dunia) dengan tujuan ingin mendapatkan sesuatu dari dunia mereka atau harta benda mereka. Sedangkan sikap takabur (angkuh dan tinggi hati) adalah sikap yang sangat tercela pada segala kondisi, kecuali dalam hal menghadapi orang-orang zalim yang terus-menerus berbuat kezaliman. Sikap yang demikian itu demi menunjukkan teguran atau protes keras terhadap mereka, asalkan keangkuhan seperti itu hanya tampak secara lahiriah saja, sementara hati kita kosong dari sifat seperti itu.
[Wasiat-Wasiat Habib Abdullah Al-Haddad, Al-Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad, cetakan I, 2000, penerbit Kharisma, Bandung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar