Sabtu, 16 April 2011

Takut mati suul khatimah

Hendaknya kita banyak memuji dan bersyukur atas nikmat Islam karena itu adalah sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya nikmat yang ada. Sekiranya Allah memberi dunia seisinya kepada seseorang tanpa memberi Islam maka itu hanya menjadi bencana baginya dan tempatnya di neraka. Sebaliknya jika Allah mengkaruniakannya Islam tanpa memberi dunia maka hal itu tidak membahayakannya dan jika ia mati dalam Islam maka tempatnya adalah di surga.
Kita juga harus selalu merasa cemas dan takut akan suul khotimah karena tidak ada jaminan Allah untuk tidak akan merubah hati kita. Dialah yang memberi petunjuk dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Dalam hadits shahih Rasulullah SAW bersabda,
“Demi dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh salah seorang diantara kamu beramal dengan amal ahli surga sehingga jarak antara dia dan surga tinggal sehasta saja, lalu kitabnya mendahuluinya dan iapun beramal dengan amalan ahli neraka, maka masuklah ia ke dalam neraka. Demikian juga sesungguhnya ada diantara kamu beramal dengan amal ahli neraka sehingga jarak antara dia dan neraka tinggal sehasta saja, lalu kitabnya mendahuluinya dan iapun beramal dengan amalan ahli surga, maka masuklah ia ke dalam surga.”
Hadits diatas telah merisaukan ahli takwa dan orang-orang yang lurus jalannya, maka bagaimana seharusnya sikap orang yang sering alpa dan keliru dalam urusan agamanya?
Sebagian salaf berkata,
“Demi Allah, tiada seorangpun akan selamat dari agamanya. Jika ia diselewengkan oleh Allah, niscaya ia akan terseleweng. Oleh karena itu mereka senantiasa hidup dalam kebimbangan kalau-kalau mereka diwafatkan dalam keadaan suul khotimah meski amal mereka banyak dan dosa mereka amat sedikit”.
Setengah dari mereka berkata,
“Sekiranya aku diberi pilihan antara mati dalam Islam di pintu kamar dengan mati syahid di pintu rumah niscaya aku pilih mati dalam Islam di pintu kamar, karena aku tidak tahu apa yang terlintas di hatiku antara pintu kamar dan pintu rumah.”
Seorang sholeh berkata kepada temannya,
“Jika telah tiba ajalku kelak, hendaknya kamu duduk disamping kepalaku dan perhatikan apakah aku mati dalam Islam atau tidak. Jika engkau dapati aku mati dalam Islam, maka ambillah segala harta peninggalanku dan juallah, lalu belikan gula-gula dan buah badam, kemudian bagikanlah kepada anak-anak. Jika aku mati dalam keadaan tidak Islam, maka beritahukanlah kepada orang banyak matiku sebelum menshalati jenazahku, agar mereka mengetahui keadaan matiku sebelum menshalatinya.”
Menjelang meninggalnya, rekannya berkata, “Aku telah mendapatinya mati dalam Islam.” Maka ia pun bersedekah kepada anak-anak.
Kebanyakan orang-orang yang mati suul khotimah disebabkan karena ia mengabaikan shalat fardhu, zakat, suka memecah-belah kaum muslimin, suka mengurangi takaran dan timbangan, suka menipu kaum muslimin, menyusahkan dan mengelincirkan mereka, suka mengaku-ngaku sebagai wali Allah atau juga mengingkari para wali-Nya, dan melakukan perkara-perkara yang keji lainnya. Selain itu mereka adalah para ahli bid’ah dalam agama, yang menanamkan rasa ragu-ragu kepada Allah dan Rasul-Nya serta keberadaan hari akhir. Dan tiada terlindung dari semua itu kecuali orang-orang yang dirahmati Allah. Doa Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad,
“Ya Allah, Wahai Yang Maha Mengasihi orang-orang pengasih, kami mohon kepada-Mu dengan cahaya-Mu yang pengasih utnuk mematikan kami sebagai orang-orang muslim dan mengumpulkan kami ke dalam golongan orang-orang sholeh dengan selamat, wahai Tuhan semesta alam.”
Amin…
[Disarikan dari Nashoih Diniyyah, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar