Sabtu, 16 April 2011

Seri manaqib Imam Bukhari: Kelahiran dan masa kecil

Imam Bukhari mempunyai nama asli Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah Al-Ju’fi Al-Bukhari. Karena mempunyai putra tertua yang bernama Abdullah, maka sebagaimana kebiasaan, beliau juga dikenal dengan julukan Abu Abdullah. Sedangkan nama beliau yang masyhur, Bukhari, hal ini dinisbatkan kepada desa tempat kelahiran beliau.
Beliau dilahirkan pada hari Jum’at, 13 Syawal 194 H (810 M), di desa Bukhara, Uzbekistan, yang termasuk wilayah Uni Soviet. Walau tak sepopuler anaknya, ayah Bukhari, Ismail, termasuk ulama di bidang hadits. Sewaktu menunaikan ibadah haji, ia menyempatkan menemui Al-Imam Malik bin Anas, Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak dan lain-lain yang terkenal sebagai ulama ahli hadits pada masanya.
Bukhari tak pernah mengenyam pendidikan dari ayahnya, karena dalam usia sekitar 5 tahun, ia telah yatim. Sejak kecil, Bukhari dibimbing dan dididik untuk mencintai ilmu, terutama melalui buku-buku peninggalan ayahnya sendiri. Disamping bersekolah sebagaimana anak muslim lainnya, di rumah ia menjadi kutu buku, berkat bimbingan ibunya.
Dalam usia 10 tahun, Muhammad yang ditopang kecerdasan dan daya ingat yang diatas rata-rata anak yang lain, mulai menghafal dan menganalisa hadits dengan antusias. Beberapa tahun kemudian, ia merasa kurang dengan sekedar berguru di desa dan menggali buku peninggalan ayahnya. Untuk mengurangi rasa kepenasarannya dan keinginan yang kuat untuk menambah ilmu, ia pun mulai mendatangi tokoh-tokoh ahli hadits di sekitar desanya.
Dalam usia 16 tahun, nama Muhammad bin Ismail mulai dikenal khususnya di kalangan ulama hadits sebagai pemuda yang cerdas. Saat itu ia telah banyak menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an (menurut sumber lain menghafal seluruhnya) dan menghafal beberapa buku hadits yang ditulis oleh Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak dan Al-Imam Waki’, yang terkenal sebagai ahli hadits pada masa itu.
[Diambil dari Sejarah Singkat Imam Bukhari dan Karyanya Shohih Bukhori, Habib Muhsin bin Muhammad Aljufri & Habib Abdurrahman Alhaddad, disebarkan pada acara khatam At-Tajriidu As-Shoriih, 5 Nopember 1999, di kediaman Habib Zaki bin Abdurahman Assegaf, Solo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar