Sabtu, 16 April 2011

Bersatu dan berdakwah

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali agama Allah dan jangan bercerai-berai.” (QS. Ali Imron: 103)
Ayat ini memerintahkan kita untuk menjaga, mempelajari, meluruskan dan bersatu memeluk agama Allah. Ayat ini juga memerintahkan agar jangan sampai kita bercerai-berai, karena jamaah (persatuan) adalah merupakan suatu rahmat, sedangkan bercerai-berai adalah merupakan suatu azab. Pertolongan Allah juga selalu berada diatas jamaah sebagaimana hadits Nabi SAW karena persatuan adalah pokok segala kebaikan dan perbaikan, sedangkan perpecahan adalah sumber segala kejahatan dan mala petaka.
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu bermusuhan, maka kemudian Allah menyatukan antara hati-hatimu.” (QS. Ali Imron: 103)
Perintah untuk bersyukur atas nikmat persatuan ketika dulu antara suku Aus dan Khazraj bermusuhan secara khusus dan permusuhan antara Arab dan diluar Arab secara umum. Berkat Rasul dan Al-Qur’an, mereka menjadi satu padu dan hilanglah segala permusuhan karena nikmat Islam.
Sebelum Allah mengutus Rasul-Nya, mereka berada dalam kekufuran sehingga hampir saja mereka berada di dalam neraka, Allah kemudian menyelamatkan mereka dari kemusyrikan dan memerintahkan tauhid serta mempersatukan mereka dengannya, lalu Allah melarang mereka berpecah-belah setelah mereka bersatu.
Selain Allah memerintahkan kita bersatu, Allah juga memerintahkan kita untuk berdakwah dan menyeru manusia kepada jalan-Nya.
“Dan hendaknya ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan.” (QS. Ali Imron: 104)
Maksud umat di ayat tersebut adalah jamaah/golongan yang berdakwah menuju jalan Allah dengan menyeru manusia kepada kebaikan, keimanan dan ketaatan. Orang-orang yang demikian mendapat penghormatan yang setinggi-tingginya di sisi-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan, maka baginya balasan yang sama dengan yang diberikan kepada yang mengerjakan/mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa yang sama banyaknya dengan dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun.”
“Orang yang menunjukkan kepada kebaikan seperti orang yang melakukan kebaikan itu.”
Oleh karena itu, orang yang berdakwah kepada Allah, maka ia mewarisi pusaka Rasulullah dan mengikuti jalan yang disebutkan Allah dalam firman-Nya :
“Katakanlah : Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikuti aku mengajakmu kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108 )
Tugas Rasulullah SAW adalah menyeru dakwah dengan ucapan dan perbuatan.
“Katakanlah : Sesungguhnya aku hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Hanya kepada-Nya aku menyeru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” (QS. Ar-Ra’d: 36)
Maka orang yang paling dekat dan utama dengan Rasulullah SAW adalah orang yang memperhatikan tugas dakwah ini. Dalam hadits dikatakan :
“Ulama adalah pewaris para Nabi.”
Orang yang membantu agama Allah, maka ia pun akan dibantu pula oleh Allah.
“Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah pun akan menolongmu dan meneguhkan langkah-langkahmu.”
Sebagian ulama salaf menafsirkan tentang meneguhkan langkah-langkahmu, itu terjadi baik di dunia maupun di akherat. Orang yang menunjukkan kebaikan, maka ia akan mendapat 2 pahala, yaitu :
  1. Pahala berdakwah
  2. Pahala orang yang mengikutinya
Rasulullah SAW pernah suatu kali berkata kepada Sayyidina Ali Bin Abi Thalib :
“Wahai Ali, kamu menunjukkan seseorang kepada petunjuk, itu lebih baik bagimu daripada kamu mendapat unta yang berwarna merah (yang langka dan mahal).”
Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata :
“Dua hal yang bisa menjadikan seseorang itu paling dekat dengan Rasulullah SAW yaitu berdakwah menuju jalan Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW.”
[Disarikan dari Nashoih Diniyyah, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar