Minggu, 17 April 2011

Thariqah para salaf kita

Kalam Al-Imam Thohir bin Husin bin Thohir Ba’alawy
Sesungguhnya Thariqah Alawiyah adalah suatu thariqah dari golongan sufi yang berdasarkan atas:
  • Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang bersumber dari para Sahabat yang mulia, Tabi’in dan para pengikut Tabi’in yang utama.
  • Mempelajari hukum-hukum yang wajib bagi setiap orang muslim.
  • Mengikuti jejak langkah Nabi SAW yang dapat diketahui melalui perilaku beliau.
  • Berpegang teguh pada syariah yang bersandarkan pada perbuatan dan ucapan yang baik dan terpuji serta mencegah agar tidak terpengaruh oleh pikiran dan adat kebiasaan yang buruk
Maka untuk itu semua yang harus dilakukan oleh setiap orang yang mengikuti thariqah ini adalah:
  • Menuntut ilmu dengan didasari atas ketakwaan.
  • Mencegah diri agar tidak memperturutkan hawa nafsunya.
  • Mengikuti thariqah ini dengan sebaik-baiknya.
  • Menjaga diri dalam menghadapi berbagai golongan dan berhati-hati dalam menghadapi berbagai ikhtilaf yang terjadi serta mengambil dari apa yang patut atau bermanfaat untuk dirinya, sebab Thariqah Alawiyah adalah suatu thariqah yang amat mulia yang telah dibina oleh para saadah Ba’alawy dari generasi ke generasi dan setapak demi setapak dari ayah ke kakek dan seterusnya sampai kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Oleh sebab itu banyak di antara para pendahulu kita yang bisa sampai pada derajat (maqom) ijtihad, bahkan tidak sedikit yang sampai pada derajat tertinggi dari tingkat para wali yaitu derajat (maqom) as-sidqiyyah al-kubro. Begitulah keadaan mereka, selalu berjalan di jalur yang telah dilalui oleh para pendahulunya tanpa adanya penyimpangan sedikitpun.
Pada dhohir-nya mereka menjalankan ilmu-ilmu dan mengamalkannya, dan pada batinnya mereka selalu berusaha memantapkan derajat kedekatan kepada Allah dan menjaga keadaan hati (al-ahwaal). Sedangkan tingkah laku mereka adalah selalu menjaga keadaan-keadaan batin agar jangan sampai mengalami degradasi. Dan ilmu mereka adalah sesuai dengan yang diajarkan oleh para ulama.
Mereka tidak ingin menampakkan keadaan mereka yang sebenarnya. Mereka selalu ingin mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala dengan cara memberi wasiat yang baik kepada sesama manusia seperti bertaqwa pada Allah. Mereka juga mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan banyak berdzikir, memakai khirqoh (atribut kesederhanaan yang biasanya dipakai oleh kaum sufi), ber-kholwat (menghindarkan diri dari kenistaan tingkah laku manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala), juga dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu). Selain itu, mereka juga saling mengikat tali persaudaraan karena Allah Ta’ala. Cara mereka dalam bermujahadah adalah dengan membersihkan hati mereka dari segala sesuatu yang tidak baik, mempersiapkan diri untuk mendapatkan karunia-karunia dari Allah Ta’ala, dan selalu berjalan diatas jalan yang telah mendapat petunjuk.
Diantara mereka para Saadatuna Ba’alawy dalam dakwah mereka untuk mengajak manusia sesuai dengan yang mereka jalani adalah dengan cara mengadakan majlis-majlis ilmu. Selain itu, ada pula dengan cara ikut berbaur dengan masyarakat sambil menyebarkan dakwah mereka dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Mereka adalah suatu golongan yang siapapun bergaul atau berkumpul dengan mereka maka dia tidak akan tersesat atau merasa terhina. Sedangkan orang yang memisahkan diri dari mereka baik orang tersebut dari golongan mereka atau tidak maka orang tersebut akan dikumpulkan nanti pada hari kiamat dengan golongan yang ia ikuti. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW bahwa seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya nanti pada hari kiamat.
Maka oleh karena itu kamu akan menyaksikan mereka melakukan amalan yang wajib dan meninggalkan segala hal-hal yang diharamkan. Mereka selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan seluruh perbuatan yang disunnahkan dalam agama, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang makruh menurut syariat. Mereka, bahkan, meninggalkan yang sesuatu yang mubah (hal-hal yang boleh dilakukan) bila di dalamnya masih mengandung nuansa syahwat.
Mereka menghiasi diri mereka dengan budi pekerti dan sifat-sifat yang luhur. Mereka menghilangkan dari diri mereka segala sifat-sifat buruk dan aniaya sehingga nampaklah dari mereka karomah seperti mereka bisa mengetahui hal-hal yang gaib dan sebagainya yang diluar jangkauan akal manusia biasa. Sebenarnya mereka tidaklah menginginkan karomah yang luar biasa itu tampak dari mereka. Mereka merasa bahwa dengan beristiqomah dalam amalan mereka itu maka cukuplah hal itu adalah suatu karomah. Tetapi tampaknya karomah mereka itu merupakan suatu bukti dari Allah Ta’ala bahwa mereka inilah pewaris dan pengikut yang sempurna dari jejak Nabi Muhammad SAW.
Wahai saudaraku sekalian, berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk berjalan diatas thariqah yang mulia ini, karena sesungguhnya untuk mengikutinya dengan sempurna memang sangatlah sulit bagi orang awam kecuali orang yang telah diberi karunia oleh Allah Ta’ala seperti para Auliya yang tinggi kedudukannya di sisi Allah Ta’ala, seperti yang disabdakan oleh Rasul SAW,
“Luruskanlah, dekatilah, gembirakanlah (objek dakwahmu) dan ketahuilah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga disebabkan oleh amalannya, begitu juga aku, kecuali Allah telah memberikan rahmat dan ampunanNya padaku.”  (H.R. Imam Ahmad)
Diriwayatkan di dalam hadist Bukhori dan Muslim dari Sayyidatina Aisyah RA berkata (mengenai hadist tersebut diatas) yaitu “dekatilah” bahwa beliau SAW tidaklah mengatakan kira-kiralah, sempurnakanlah, selesaikanlah suatu urusan itu sampai pada puncaknya. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam melaksanakan suatu amalan. Oleh sebab itu seseorang apabila mendekati suatu urusan maka bagaimanapun juga dia akan mendapatkan balasan dari urusan itu.
“Ya Allah, berilah kami taufiq untuk mendapatkan keridhoanmu, dan jadikanlah kami orang yang engkau cintai, dan berilah kenikmatan dari curahan rahmatmu. Amiin”
Barang siapa ingin mengetahui keadaan orang-orang yang mempunyai silsilah emas (para Wali Allah ), maka bacalah bagian akhir dari kitab Asaasul Islam, dan barang siapa yang ingin mengetahui riwayat hidup mereka, silahkan membaca kitab Kanzil Baroohin dan Masyrour Rowy.
Berkata Sayyidina Syaikh Al-Ja’fari dalam syairnya:
Sesungguhnya jalan yang benar sangatlah mudah untuk dilalui
Oleh orang yang mendapatkan nur ilahi dalam perbuatan dan perkataannya
Mereka melihat jalan lurus terbentang didepan matanya
Yang tidak ada lagi jalan yang lebih benar dari pada jalan itu
Jalan itu tidak akan didapat hanya dengan mengingat dan berpikir
Atau dengan ajakan dan mengikut hawa nafsu untuk saling berbantahan
Tidaklah para penyeru ke jalan ini mendapatkannya
Kecuali dengan hati yang bersih dan menghapus segala yang merusaknya
[Diambil dari Al-Maslak Al-Qorib, karya Al-Imam Thohir bin Husin Bin Thohir Ba'alawy]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar