Sabtu, 16 April 2011

Berbelas kasih kepada sesama mukmin

Berbelas kasih kepada sesama mukmin adalah sikap untuk menyayangi dan mengasihi mereka. Allah SWT mensifatkan Rasul-Nya dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”   (QS. At-Taubah : 128 )
Meskipun Rasulullah SAW berasal dari jenis manusia, tetapi beliau diutus untuk seluruh alam. Rasulullah SAW merupakan manusia yang teramat istimewa (basyaran laa kal basyar), bahkan Rasulullah SAW itu lebih mulia daripada malaikat. Beliau adalah seorang yang paling penyayang dan amat berbelas kasih terhadap manusia dan seluruh alam. Rasulullah SAW bersabda,
“Orang-orang yang pengasih, akan dikasihi Yang Maha Pengasih, dan barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.”
Rasulullah SAW diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin, yaitu rahmat bagi manusia, malaikat dan jin. Sebagian menafsirkan kata ‘alamin tersebut adalah apa-apa yang selain Allah, termasuk pula orang-orang kafir dan musyrik, hanya saja mereka tidak memahaminya. Hewan saja memiliki sifat kasih sayang terhadap sesamanya. Lihatlah bagaimana si induk mengasihi anaknya. Maha benar Allah dengan firman-Nya,
“Mereka (orang-orang kafir) adalah seperti hewan, bahkan lebih sesat lagi.”
Padahal manusia diberi kelebihan akal oleh Allah, agar dapat membedakan mereka dengan binatang. Meskipun demikian, sedikit sekali yang mau berpikir.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Sesungguhnya wali-wali abdal (tingkatan maqam wali) dari umatku tidaklah masuk surga karena banyaknya sholat atau puasa, tetapi karena hatinya bersih, murah hati dan berbelas kasih terhadap sesama muslim.”
Maksud dari hadits ini, bukanlah para wali abdal tersebut sedikit sholat dan puasa, bahkan mereka selalu memperbanyak ibadah. Namun sifat-sifat mulia yang digambarkan oleh Nabi SAW telah lebih dahulu mendekatkan mereka kepada Allah SWT, sehingga mereka memperoleh kedudukan dan kemuliaan disisi-Nya. Sifat-sifat itu tumbuh dari amalan-amalan hati, yang jauh lebih penting dari amalan jasmani, karena itu jauh lebih utama.
[Disarikan dari Nashoih Diniyyah, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar