Sabtu, 16 April 2011

Mati di dalam Islam

Mengenai ayat “Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam” merupakan perintah Allah agar kita hendaknya mati dalam agama Islam. Karena Allah tidak menerima agama selain Islam, sebab hanya Islamlah agama yang diridhoi-Nya.
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah adalah Islam. Barangsiapa yang mencari agama selain Islam tidak akan diterima darinya dan di akherat termasuk orang-orang yang merugi.”
Firman-Nya lagi :
“Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kucukupkan atasmu nikmatku dan telah kuridhoi bagimu Islam sebagai agamamu.”
Lantas jika Allah memerintahkan agar mati di dalam Islam, padahal Dia telah berfirman Engkau tidak mungkin memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Bagaimanakah ini?. Sesungguhnya manusia tidak dapat dan tidak mampu membuat dirinya mati di dalam Islam, tetapi Allahlah yang memberikan jalan baginya. Adapun tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut :
  • Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
  • Berdoa kepada Allah untuk mewafatkannya dalam agama Islam dan dalam keadaan husnul khotimah
  • Bersyukur kepada Allah atas nikmat Islam
  • Takut mati dalam keadaan suul khotimah
Di dalam Al-Qur’an diceritakan bahwa Nabi Yusuf dan Nabi Ya’qub AS berdoa :
“Kamu (Allah) adalah penguasa di dunia dan akherat, matikanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku bersama orang-orang yang sholeh”
Padahal setiap Nabi adalah maksum dan pasti mati dalam keadaan Islam. Demikian pula diceritakan bahwa para tukang sihir Fir’aun yang bertobat berdoa :
“Ya Allah, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami sebagai muslim.”
Begitu juga wasiat Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ya’qub AS kepada anak-anaknya :
“Wahai anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan kepadamu agama Islam, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam.”
Begitulah cara Allah mengajar dan mendidik Nabi-Nabi-Nya dan para sholihin.
Hendaknya manusia berusaha untuk menjaga dan memperkuat keislamannya dan senantiasa taat pada perintah Allah. Barangsiapa yang menggampangkan perintah Allah, dikhawatirkan ia kelak mati suul khotimah. Juga hendaknya ia menjauhi maksiat dan dosa karena hal tersebut melemahkan dan merendahkan keislamannya, membuat goyah asas-asas Islam sehingga tercabut darinya, sebagaimana firman Allah :
“Kemudian akibat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang pedih karena mereka selalu mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu menolaknya.”
Al-Habib Ali bin Abu Bakar As-Sakron berkata :
“Barangsiapa yang menggampangkan adab (Nabawi) suatu ketika ia akan meninggalkan adab dan menggampangkan sunnah. Barangsiapa yang menggampangkan sunnah, suatu saat ia akan meninggalkan sunnah dan menggampangkan fardhu. Barangsiapa yang menggampangkan fardhu, dikhawatirkan ia akan mati dalam keadaan tidak membawa iman.”
Hendaknya kita terus-menerus berdoa agar mati dalam keadaan husnul khotimah, sebagaimana yang diajarkan :
“Yallah bihaa, yallah bihaa, yallah bi husnil khotimah”
karena syaithon akan berkata :
“Aduh celaka, orang yang memohon husnul khotimah itu telah mematahkan tulang punggungku. Aduh celaka, kapan ia mau membangga-banggakan amalnya?. Aku khawatir ia mengetahui tipu dayaku.”
[Disarikan dari Nashoih Diniyyah, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar